11 Juni 2008

PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI PUISI MELALUI METODE PENERAPAN PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI I PARE TAHUN PELAJARAN 2007

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mengapayakan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minat, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap Bahasa bangsa sendiri. Pada sisi lain sekolah atau daerah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan bahasa guru dan siswa dapat menangkap motif keinginan, latar belakang keluarga, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya. Maka benarlah kalau dikatakan bahwa pengajaran dalam kelas adalah sebagai pendayagunaan bahasa untuk peralihan pengalaman dan budaya (Alwasilah, 1990: 159).
Mengingat pentingnya kegiatan berbahasa, seyogyanya guru dapat memupuk kegiatan berbahasa tersebut, dengan cara atau teknik yang mudah untuk dipahami oleh anak. Dalam hal ini khususnya untuk mengenalkan kosakata bahasa Indonesia, kapada siswa. Cara pengenalannya dapat diajarkan dengan menggunakan beberapa teknik atau cara.
1Dalam pengajaran bahasa Indonesia, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahan yang sudah dimiliki oleh siswa perlu dikembangkan lebih lanjut. Hal ini seduai dengan Tujuan pengajaran bahasa Indonesia yaitu untuk melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Pengajaran bahasa Indonesia tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas bahasa Indonesia dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pengajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pengajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan Inkuiri.
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI PUISI MELALUI METODE PENERAPAN PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA SISWA KELAS VII - C SMP NEGERI I PARE TAHUN PELAJARAN 2007/2008”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat prestasi belajar siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Pare Kabupaten Kediri pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan Pokok bahasan puisi. melalui penerapan metode pengajaran berbasis Inkuiri pada tahun ajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode pengajaran Inkuiri pada siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Pare Kabupaten Kediri ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagaai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia Kelas VII C SMP Negeri 1 Pare Kabupaten Kediri Tahun ajaran 2007/2008.
2. Guna mengetahui metode pengajaran yang Efektif di kelas untuk Sekolah menengah pertama .
3. Untuk mengembangkan kemampuan pengajaran sebagai seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam Proses belajar mengajar Bahasa Indonesia
2. Memberikan gambaran akan pentingnya sebuah metode pengajaran di kelas.
3. Mengembangkan model pengajaran yang sesuai dengan bidang studi Bahasa Indonesia.
4. Sumbangan pemikiran bagi guru lain dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa.

E. Hipotesis tindakan
“ Jika pembelajaran menggunakan metode inkuiri maka penguasaan siswa terhadap materi puisi akan meningkat “


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pengajaran
Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pengajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2007 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa Pengajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pengajaran dapat juga didefinisikan sebagai proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
5Sebagai konklusi, Pengajaran dapat diartikan sebagai proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

B. Pengajaran Berbasis Inkuiri
Pengajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atu pembaharuan pendidikan. Dalam pengajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, Bruner (1966), penganjur Pengajaran dengan basis inkuiri, menyatakan sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir . Untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses, bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa diberi sederet silinder dengn ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa diminta untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang miring. Bila percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa akan dapat menemukan prinsip-prinsip utama yagn menentuan kecepatan silinder tersebut.
Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan. Belajar dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan menangani informasi.
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains serta menyediakan kesempatan untuk pengajaran bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan metode-metodenya sendiri.
Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat menajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak hanya satu jawaban yang benar).
Inkuiri adalah apa yang dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sitematis, dan dalam proses melakukan inkuiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada tubuh informasi yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan. Dalam proses mengalami ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaiman menjadi ilmuwan. Mereka belajar lebih banyak lagi ketimbang hanya konsep dan fakta, mereka mempelajari berbagi proses yang terlibah dalam pemantapan konsep dan fakta.
Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan maslah, membuat keputusan, dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri memeungkinkan siswa dalam berbgai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing.
Inkuiri memungkinkan terjadinaya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains , ilmu sosial, bahasa, seni, dan teknik.
Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melaporkan hasil-hasil temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka bekerja dan mengajar satu sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya – siapa mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.
Ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri. Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yng baik yag ada dalam diri siswa-siswanya, dan kesulitian-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajara siswa-siswanya.
Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya (Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data Gathering); dan Penyimpulan (Conclusion).
Inkuiri adalah satu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.
C. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagaiberikut.


a. Faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut H. Abu Ahmadi, Widodo Supriyono (1990:130), “Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Dan untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1). Yang tergolong faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri dari:
a). Faktor jasmaniah yang sifatnya bawaan atau yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran struktur tubuh.
b). Faktor Psikologis terdiri atas:
- Faktor intelektif yang meliputi kecerdasan, kecapakan yang dimiliki
- Faktor non-intelektif yang meliputi unsur kepribadian, kebiasaan, emosi minat, motivasi.
2). Yang tergolong faktor eksternal adalah
a). Faktor sosial yang terdiri atas:
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
b). Faktor budaya seperti adat istiadat, dan kesenian
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dan sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar yang berwujud angka atau simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.
Di dalam proses belajar itupun ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Faktor stimulus belajar
- Faktor metode belajar
- Faktor individual. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto 1990: 131)
Berikut ini diuraikan secara garis besar mengenai ketiga macam faktor tersebut:
a). Faktor-faktor Stimulus Belajar
Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar disini yaitu segala hal diluar individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar stimulus dalam hal ini mencakup material, penguasaan serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh siswa.
Adapun beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Panjang bahan pelajaran, semakin panjang bahan pelajaran semakin panjang pula waktu yang deperlukan.
- Kesulitan bahan mata pelajaran, tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan akan mempengaruhi kecepatan belajar.
- Berat ringannya tugas, hal ini berhubungan dengan tingkat kemampuan individu.
- Suasana lingkungan eksternal, faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar.

b). Faktor-faktor Metode Belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh siswa. Dengan perkataan lain, metode yang diakai oleh guru menimbulkan perbedaan bagi proses belajar. Faktor metode belajar menyangkut hal-hal sebagai berikut:
- Kegiatan berlatih atau praktek, semakin pendek distribusi waktu untuk latihan makin efektif latihan tersebut.
- Resitasi selama belajar, adalah kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal bahan pelajaran.
- Pengenalan hasil belajar, dengan pengenalan hasil belajar yang sudah dicapai seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
- Bimbingan dalam belajar, bimbingan diberikan dalam batas-batas yang diperlukan oleh individu, supaya siswa tidak tergantung.
c). Faktor-faktor individual, faktor indivual ini sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor individual ini menyangkut hal sebagai berikut:
- Motivasi, motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar, motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
- Kondisi kesehatan rohani, gangguan serta cacat mental pada seseorang sangat mengganggu di dalam hal belajar siswa yang bersangkutan.
- Pengalaman sebelumnya, pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi dalam hal belajar siswa yang bersangkutan terutama pada transfer belajarnya.
Dengan telah diketahuinya bermacam-macam prestasi belajar, dan faktor-faktor belajar yang mempengaruhi siswa maka dapat disimpulkan bahwa siswa masing-masing memunyai cara belajar dan sifat yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing dan tentunya akan mengakibatkan prestasi belajar yang diperoleh mereka berbeda.

Tidak ada komentar: